Artikel

Meneguhkan Nilai-Nilai Pancasila Pada Generasi Millennial

Oleh: Muhammad Nadzir (Dosen Pascasarjana Magister Ilmu Hukum Universitas Balikpapan)

Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal  17  Agustus  1945  oleh  Soekarno  dan  Hatta  sebagai  wakil  bangsa  Indonesia merupakan buah dari perjuangan yang panjang dari para pendahulu. Perjuangan yang panjang  tersebut  bila  ditelisik  sejarahnya  telah  mengorbankan  banyak  harta,  benda dan bahkan nyawa para pejuang yang sekarang dikenal sebagai pahlawan perjuangan kemerdekaan. Esensi kemerdekaan yang telah diperoleh bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Agar cita-cita luhur   tersebut   tidak   menjadi   kabur   sejalan   dengan   berjalannya   waktu   dan perkembangan  zaman,  maka  para  founding  father  menetapkan  PANCASILA  sebagai landasan hidup bernegara, dan merupakan norma atau pedoman dasar bagi negara (pemerintah) untuk mengatur kehidupan bersama dalam satu bingkai keluarga besar bernama negara kesatuan republik Indonesia.

Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila   berasal dan bersumber dari nilai-nilai  luhur  budaya  di  nusantara,  nilai-nilai  dasar  tersebut    meliputi,  Ketuhanan, Kemanusiaan,  Persatuan,  Kerakyatan,  dan  Keadilan.  Nilai-nilai  dasar  dalam  Pancasila tersebut harus menjadi guidline dan selalu menjiwai setiap kebijakan pemerintah pada semua tingkatan dan menjadi pola tindak segenap lapisan masyarakat Indonesia dalam pergaulan hidup berbangsa dan bernegara. Oleh karenanya setiap produk hukum yang dibentuk oleh pemerintah sebagai perwujudan pengaturan kehidupan berbangsa harus mencerminkan    nilai    pengayoman,    kemanusiaan,    kebangsaan,    kekeluargaan,

kenusantaraan, bhinneka tunggal ika, keadilan, kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, serta harus mencerminkan kepastian hukum.

Nilai Ketuhanan sebagai bagian dari nilai dasar dari Pancasila dapat dipahami sebagai  landasan  bahwa  rakyat  Indonesia  adalah  manusia-manusia  yang  bertuhan, sehingga menjadikan hidup bahagia dalam dimensi keduniawian sebagai satu tujuan dan kebahagiaan kelak hidup di akhirat sebagai   tujuan yang tidak terpisahkan, nilai ketuhanan tercermin dalam sikap dan perbuatan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa.  Nilai yang kedua dari Pancasila adalah Kemanusiaan, nilai ini menjadi dasar bagi segenap komponen bangsa dan negara untuk saling mencintai dan menyayangi sesama,  sehingga  tercipta  saling  menghormati  mengasihi,  tanpa  membeda-bedakan agama, suku, golongan dan ras yang secara kodrati diperoleh setiap insan dari tuhan sebagai  sesuatu  yang  bersifat  given.  Nilai  Persatuan  merupakan  nilai  ketiga  dari Pancasila, Negara kesatuan republik Indonesia dibangun dari komponen beragam suku, agama,  budaya  dan  golongan.  Keragaman  tersebut  menjadikan  bangsa  Indonesia sebagai  bangsa  yang  indah,  unik,  dan  menarik,  dan  kekuatan  keragaman  ini  hanya dimiliki oleh bangsa Indonesia. Karenanya tidak heran jika semboyan bangsa Indonesia adalah  Bhinneka  Tunggal  Ika,  berbeda  beda  tetap  satu  kesatuan  karena  bersatu menjadi  Indonesia.  Nilai  keempat  adalah  Kerakyatan,  sistem  negara  demokrasi  yang dipilih oleh founding father sebagai sistem pemerintahan, menempatkan rakyat adalah pemilik negara, sehingga rakyat adalah pemegang kekuasaan yang hakiki, kedaulatan berada ditangan rakyat, kepala negara atau presiden mendapatkan kekuasaan yang bersifat  sementara  dari  rakyat,  ia  dipilih  oleh  rakyat  untuk  berkuasa  dan  mengatur negara untuk tujuan kesejahteraan rakyat hanya dalam rentang waktu 5 tahun dan

sesudahnya masih dapat dipilih hanya untuk satu kali masa jabatan lagi. Bangunan nilai yang  kelima  dari  Pancasila  adalah  Keadilan,  perjuangan  menegakkan  keadilan  telah dimulai dan berlalu dari zaman-kezaman, kemerdekaan republic Indonesia yang telah diraih  dari  kekuasaan  penjajah  yang  dholim,  bermaksud  hendak  mewujudkan  rasa keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, setiap orang memiliki kesamaan, kesempatan dan perlakuan yang sama dari negara untuk memperoleh kesejahteraan dan keadilan.

Nilai-nilai  Pancasila  tersebut  harus  terus  menerus  dipupuk,  dirawat  dan  di implementasikan dalam kehidupan nyata, salah satunya adalah dalam bentuk gotong royong, gotong royong dapat dimaknai dalam artian yang lebih luas dari sekedar suatu kegiatan  kerja  bakti  dalam  suatu  lingkungan.  Gotong  royong  bisa  dimaknai  dalam bentuk  saling  membantu  dan  meringankan  beban  sesama.  Gotong  royong  dapat dimaknai sebagai upaya mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia dengan berkarya  sesuai  dengan  kemampuan  dan  keahlian  masing-masing  dalam  rangka mengisi era pembangunan.

Pancasila  sebagai  soko  guru  bangsa,  merupakan  kekuatan  penopang  utama bagi  kekuatan  negara  Indonesia,  Pancasila  berfungsi  sebagai  perekat  persatuan, penjaga keutuhan negara, pemberi arah dan pedoman pembangunan, serta menjadi identitas utama negara kesatuan republik Indonesia. Karenanya setiap anak bangsa bertanggungjawab untuk memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan  sehari-hari  agar  negara  Indonesia  tetap  bestari.  Generasi  perumus  dan pembentuk Pancasila yang terperiodisasi pada pemerintahan orde lama dan orde baru sangat   sadar   arti   penting   Pancasila   bagi   negara   kesatuan   republik   Indonesia, karenanya Pancasila sangat dijaga dari gangguan siapapun yang berusaha mengganti

dan merusak nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Lebih  dari  80  juta  penduduk  Indonesia  saat  ini  adalah  generasi  muda  yang disebut dengan generasi millennial, mereka lahir pada era reformasi, mereka lahir dan hidup pada zaman millennium, mereka adalah generasi penerus bangsa, mereka akan menerima   estafet   kepemimpinan   dan   pengelolaan   negara,   pengganti   generasi sebelumnya. Mereka bertanggungjawab mengisi kemerdekaan sesuai dengan cita-cita para pahlawan. Diantara ciri generasi millennial adalah kehidupannya tidak bisa terlepas dari   smartphone   dan   internet.   Sepanjang   siang   dan   malam   waktunya   banyak digunakan  memegang  handphone,  laptop  dan  terkoneksi  dengan  jaringan  internet, makanan   cepat   saji   menjadi   kesukaannya,   gaya   fashionnya   selalu   mengikuti perkembangan trend budaya pop. Tidak suka membaca, lebih menyukai hal-hal yang visual, dan yang bersifat praktis. Terhubung jejaring media sosial dengan siapa saja yang dia kehendaki baik terhadap orang yang dikenal ataupun yang tidak mereka kenal. Suka berbelanja via online. Tidak menyukai diskusi soal agama, cenderung menyukai hal

-hal baru dan tantangan baru terkait teknologi informasi. Mereka lebih cerdas dan lebih canggih penguasaan dan pemanfaatannya terhadap teknologi baru yang serba digital, dibadingkan dengan generasi sebelumnya.

Kecepatan  perkembangan  kecanggihan  teknologi  telekomunikasi  yang  sangat spektakuler hari ini telah mengantarkan generasi zaman millennial pada perkembangan revolusi industry 4.0 yang ditandai dengan Internet of Things, yaitu teknologi jaringan internet   yang   mampu   mengkoneksikan   tiap   instrument   secara   virtual.   Artificial intelligence yaitu kecerdasan buatan berupa sistem komunikasi canggih dari computer yang mampu berkomunikasi dengan manusia dan menggantikan peran-peran manusia.

Advanced    robotic    yaitu    peralatan    robotic    yang    membantu    manusia    dalam menyelesaikan  tugas-tugas  yang  biasanya  dilakukan  oleh  tenaga  manusia.  Revolusi industry pada fase 4.0 ini jika tidak disikapi dengan bijak oleh generasi millennial akan melahirkan   gab   yang   cukup   besar   dan   akan   menggerus   nilai-nilai   ketuhanan, kemanusiaan,  persatuan,  kerakyatan  dan  keadilan  sebagai  mana  yang  terkandung dalam Pancasila. Untuk itu belum terlambat sekiranya peran-peran TNI-POLRI bukan saja menjaga  keamanan  nasional  dan  keamanan  dalam  negeri,  melainkan  berperan  pula membentengi generasi millennial dari degradasi moral, gagab sejarah, sikap individualis dan pragmatis.

Negara perlu merumuskan kembali kebijakan dan model pembelajaran yang di dalamnya memuat ajaran nilai-nilai Pancasila dengan disesuaikan kebutuhan generasi millennial  yang  bersifat  praktis  dan  visual  tanpa  mengurasi  subtansi/isi  dari  makna- makna  atau  nilai  nilai  yang  terkandung  dalam  Pancasila,  sebab  nilai-nilai  tersebut bersifat universal dan berlaku sepanjang zaman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *